Notuladaily.com, Makassar – Pemerintah Kota Makassar mengambil langkah tegas dalam menangani persoalan sampah yang kian mendesak.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, bersama Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham memimpin Rapat Koordinasi bersama penggiat lingkungan, Rabu malam (25/6/2025), di Rumah Jabatan Wali Kota.
Rapat ini sekaligus membahas peran pemerintah daerah dalam menyusun rancangan Peraturan Presiden terkait penanganan darurat sampah perkotaan melalui pengolahan berbasis teknologi ramah lingkungan.
Baca Juga : Program Strategis Siap Melaju di 2026, Munafri Tegaskan Integritas Jadi Rem dan Gas Pemerintahan
Rapat turut dihadiri Ketua TPP PKK Melinda Aksa, Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kadis Kominfo, para camat se-Kota Makassar, serta berbagai komunitas penggiat lingkungan.
Dalam arahannya, Munafri menegaskan bahwa persoalan sampah telah menjadi isu krusial dan kompleks yang tidak bisa diselesaikan secara parsial.
Maka, diperlukan kolaborasi lintas sektor, sinergi pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan komunitas untuk membentuk ekosistem pengelolaan sampah yang terpadu.
Baca Juga : Siap Tancap Gas 2026, Munafri Undang KPK RI Tegaskan Komitmen dan Integritas Pimpinan SKPD
“Kalau kita tidak diatasi sekarang, persoalan ini akan semakin parah. Tapi kalau kita bisa mengintervensi secara tepat, justru sampah bisa menjadi sumber nilai dan perbaikan kualitas hidup masyarakat,” tegasnya.
Munafri juga menuturkan, kondisi TPA Antang yang saat ini mengalami overload dan antrean panjang truk pengangkut sampah.
Ia menekankan pentingnya mendesentralisasi proses pengolahan melalui pengadaan mesin pengolah sampah di tingkat kecamatan.
Baca Juga : Munafri Dampingi Plt Ketua Golkar Sulsel Muhidin Konsolidasi Kader di Makassar
TPA nanti hanya menerima residu. Tapi, ingin mulai dari hulu, kemudian dipilah dari rumah, serta diolah di wilayah, sisanya baru dikirim ke TPA.
“Kalau residunya masih bisa dimanfaatkan, kita manfaatkan. Target kita ke depan adalah sanitary landfill, bukan TPA terbuka seperti sekarang,” katanya.
Politisi Golkar itu, juga menyinggung potensi ekonomi dari pengolahan sampah plastik, mengingat tingginya nilai jual dan permintaan dari pabrik-pabrik daur ulang yang saat ini bahkan masih mengambil pasokan dari luar Makassar.
Baca Juga : Komitmen Transparansi Diskominfo Berbuah Hasil, Pemkot Makassar Raih Predikat Informatif
Lebih dari itu, ia menawarkan solusi inovatif untuk mengelola limbah daun ketapang yang selama ini hanya disapu dan terbang kembali.
Salah satunya dengan membuat lubang biopori, dikelola oleh petugas kebersihan, dan hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk oleh warga.
“Kita akan petakan tahun ke-2 sampai mana, tahun ke-3 apa yang diselesaikan, sampai nanti kita bisa deklarasi Kota Makassar bebas sampah,” tuturnya.
Baca Juga : Komitmen Transparansi Diskominfo Berbuah Hasil, Pemkot Makassar Raih Predikat Informatif
Munafri berharap komunitas lingkungan dan seluruh stakeholder turut memberi masukan dan ide-ide kreatif dalam menyusun kebijakan ini, karena pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.
Rapat ini menjadi tonggak awal penyusunan roadmap Kota Makassar menuju zero waste city. Munafri menegaskan pentingnya menentukan tahapan pencapaian yang terukur:
“Kita berharap komunitas lingkungan dan seluruh stakeholder turut memberi masukan dan ide-ide kreatif dalam menyusun kebijakan ini, karena pemerintah tidak bisa berjalan sendiri,” harapnya.
Baca Juga : Komitmen Transparansi Diskominfo Berbuah Hasil, Pemkot Makassar Raih Predikat Informatif
Sebagai langkah kedepan, Munafri menggagas perubahan budaya dari sektor pendidikan dasar. Ia mewacanakan program edukasi lingkungan di sekolah dasar dan menengah, dengan mewajibkan siswa membawa sampah terpilah setiap hari ke sekolah.
“Saya ingin anak-anak SD dan SMP setiap hari membawa sampah dari rumah. Bukan sekadar membawa, tapi belajar memisahkan antara sampah organik dan non-organik. Ini membentuk habit sejak dini bahwa sampah harus dikelola dengan bijak,” ujar Munafri.
Kebijakan ini, lanjutnya, akan diperluas ke jenjang SMA, dan Perguruan Tinggi, hingga kantor-kantor pemerintahan. Setiap sekolah akan dilengkapi fasilitas tempat sampah terpilah, yang kemudian dikaitkan dengan sistem bank sampah, pengolahan kompos, hingga praktik urban farming.
Baca Juga : Komitmen Transparansi Diskominfo Berbuah Hasil, Pemkot Makassar Raih Predikat Informatif
Lebih jauh, Munafri menargetkan keterlibatan aktif dari sektor swasta, terutama hotel dan pelaku industri makanan yang menghasilkan volume sampah organik cukup besar. Pemerintah akan menggandeng PHRI dan pelaku usaha lainnya untuk menyediakan lahan pengolahan kompos skala menengah.
“Kita minta hotel-hotel siapkan lahan 5.000 meter hingga 1 hektare. Sampah organik dari hotel mereka akan diolah di situ, lalu digunakan untuk pertanian kota. Ini bukan hanya kurangi sampah, tapi bisa juga tingkatkan pendapatan rumah tangga,” jelasnya.
